Minggu, 27 April 2014

Badai Matahari (2)

…….…….“Mungkin aku akan ikut denganmu Ar, siapa tau aku menemukan keluargaku atau seseorang yang satu suku bangsa denganku. Suku bangsa Jepang, bagaimana prof? apakah aku diperbolehkan ikut Aradea?.” Tanya Kagumi, terlihat pancaran wajahnya penuh harap. Mungkin ini kesempatan bagi Kagumi untuk mengetahui bagaimana suku bangsa jepang saat ini. Apakah mereka musnah atau mereka masih tetap ada. “tentu saja boleh, jika kalian memang berniat berangkat untuk menemui second united
, maka aku sarankan kalian berangkat malam atau dini hari saja, makhluk aneh itu tidak bisa melihat dalam gelap dan takut akan cahaya lampu LED. Oh iya, ada baiknya juga kalian menemui orang ini saat akan menyebrang Laut Eurasia selatan, dia selalu ada di warung makan milik Pak tua Barito. Kagumi, kamu tau kan tempatnya dimana?.”. Professor Mayer memperbolehkan Kagumi, serta memberikan sebuah foto. Foto seorang pelaut yang sangat gagah dengan tampang sangar, dapat dilihat dia dari suku bangsa Nordik. “namanya Golem, atau biasa dipanggil Gol.” Lanjut professor Mayer. “baiklah prof, mala mini kami akan berangkat ke pelabuhan. Tapi apakah warung pak Barito tidak hancur? Bukankah disana juga tanah yang rata walaupun dekat dengan laut?.”. Tanya Kagumi. Professor Mayer pun menjawab, “tentu tidak, dia punya bunker di bawah tanah, di dalam warungnya ada jalan rahasia. Dan kami semua tau itu karena dia telah mengantisipasi saat terjadi tsunami atau banjir rob agar warungnya tetap bisa buka dan menyediakan makanan bagi para pelaut. Pak Barito itu sangat cerdik, dulu kami satu sekolah dan dia selalu berpikir visioner.”.

Tanpa terasa sore semakin beranjak digantikan kegelapan, lampu LED mulai di nyalakan di setiap rumah yang tersisa itu pun hanya hitungan jari, lampu LED digunakan karena lebih hemat dan ramah lingkungan. Kegelapan semakin kelam di sana. “sepertinya sekarang saatnya berangkat Kagumi, kamu sudah siap?” Tanya Aradea. “yap, aku sudah menyiapkan bekal, LED light, dan segala yang kita butuhkan selama perjalanan. Aku masih belum bisa membayangkan bagaimana di Nepal. Orang orang berkisah tentang Nepal dan pegunungan Himalaya jaman dulu yang diselimuti salju, namun aku pun belum pernah tau salju itu seperti apa. Namun beberapa peneliti mengemukakan bahwa salju berwarna putih dan terasa dingin.”. jawab Kagumi, dia memiliki pengetahuan lebih daripada Aradea. Sementara Aradea mendengar kata salju pun baru pertama kali ini. kemudian Aradea berkata "sepertinya akan menarik bila kita bisa melihat apa yang kamu bilang salju itu di Nepal.". "sayangnya saat ini salju akan menjadi sulit ditemukan, karena perubahan iklim ekstrem selama 50 tahun terakhir ini salju tidak turun." kata kagumi. Tiba tiba professor Mayer berkata "baiklah, apa semua sudah siap? aku peringatkan kalian berhati hati, lautan menuju Nepal sangat luas dan berbahaya.". “baiklah prof” Aradea dan Kagumi serentak menjawab.

Saat mulai keluar dari rumah Prof. Mayer, angin terasa dingin menusuk tulang. Malam di Bumi memang seperti tak berpenghuni, karena 50 tahun terakhir iklim di bumi berubah menjadi iklim gurun dimana siang hari terasa terik dan malam hari terasa sangat dingin. Mereka berdua menyusuri jalan setapak yang menuruni bukit Monster. Dengan berbekal lampu LED portable untuk menerangi jalanan yang mereka lewati, mereka mulai sampai di kaki bukit. Mereka terus berjalan hingga terdengar suara ombak dari kejauhan. “sepertinya kita sudah dekat dari pelabuhan.” Kata Kagumi sambil menghela nafas. Dari kejauhan mulai terlihat sebuah bangunan terbuat dari kayu, tanpa ada jendela, hanya ada 1 pintu dan berbentuk setengah lingkaran. Mirip rumah tahan gempa yaitu rumah adat di daerah selatan pulau jawa. “nah itu warung pak Barito, beliau benar benar hebat dan visioner. Ingat kata professor Mayer saat dia bilang makhluk asing itu tidak akan mendarat di tempat yang tidak rata? Seperti bukit rumah professor. Selain itu rumah tahan gempa karena di dekat pelabuhan seperti ini akan sering terjadi gempa. Hebatnya pak Barito!”, kata Kagumi bersemangat, Aradea terlihat kagum dengan desain warung yang minimalis dari luar. Setiba di depan warung, mereka langsung membuka pintu dan masuk. Karena ini warung, atau biasa di sebut kedai di luar pulau. Semua orang yang ada di dalam warung itu tertuju kepada mereka sesaat setelah kedua anak itu masuk, mereka terlihat ramah walaupun tampang mereka terlihat sangar, maklumlah mereka pelaut. “oh kau Kagumi, ada apa malam malam seperti ini? Bukankah sekarang saatnya untuk istirahat?.”. seorang pria bertubuh gempal dengan kepala botak dan tidak terlalu tinggi ini menyapa kagumi dengan ramah. “tidak pak, bukankah anda sudah lihat apa yang terjadi di luar sana dari siang sampai sore ini?.”. Kagumi menjawab dengan nada bingung, dan Pria itu menjawab, “tenru saja! Kami menikmati pertunjukan alien itu, aku sudah menerima kabar ini dari Mayer jauh hari hahahaha. Jadi apa keperluan kalian kesini? Dan siapa namamu hey ?.”. Aradea sontak kaget “siapa? Aku? Aku Aradea, anak petani di desa sana.”. “hmmm, anak petani ya? Siapa nama ayahmu? Kamu mirip dengan Jono teman lamaku.” Jawab pria itu. Kemudian Aradea berkata, “ya benar, ayahku bernama Jono dan anda siapa?, saat ini Ayahku sedang di culik alien itu. Makanya aku kesini berniat untuk mencari orang ini.” Aradea menunjukan foto yang diberikan oleh Prof. Mayer. “ah Golem, Gol! Sini kau, oh iya aku pemilik warung ini. Aku Pak Barito “ setelah menerima foto itu dan ternyata pria ini adalah pak Barito. Setelah dipanggil ternyata pelaut yang bernama Golem  ini berbadan tinggi besar, benar benar seperti yang diceritakan orang orang tentang bangsa nordik yang mempunyai badan besar dan perkasa.

“ada apa tok? Kamu mengganggu makan ku saja!.” Pria itu berkata. “sepertinya anak asuh Mayer dan temannya ini butuh pertolonganmu!” kata pak Barito. “ada urusan apa he anak kecil?.”. Tanya Golem dengan nada sedikit membentak. Tanpa basa basi Aradea menjawab, “kami ingin ke Nepal. Apa kalian tidak melihat di luar sana alien alien mulai menyerang?. Aku ingin bergabung dengan Second United.”. Sontak semua pengunjung warung Pak Barito menatap ke arah Aradea, mereka semua kemudian tertawa. “hahaha anak kecil sepertimu tau apa tentang Second United? Pelatihan mereka tidak hanya keras, kadang kadang mereka dianggap terlalu sadis terhadap para trainer -sebutan untuk orang yang baru ikut latihan-.” berkata salah seorang pelaut di sana. “benar kata dia, Second United terlalu keras untuk kalian. Apalagi kamu Kagumi, seorang gadis sepertimu tidak akan kuat. Beberapa dari kami pernah mengikuti latiannya demi bergabung dengan mereka. Namun, kami gagal dalam beberapa latihan dan memilih untuk menjadi pelaut.”. Suasana yang tadinya penuh tawa kini menjadi serius, semua pengunjung warung yang notabenya adalah pelaut menatap Aradea. Seorang anak petani yang bersikeras ingin bergabung dengan Second United.

“aku tidak peduli, aku ingin mengusir makhluk aneh itu dari planet kita! Planet ini sudah semakin menunjukan ketidak seimbangannya dan sekarang malah muncul makhluk asing yang ingin menjajah planet kita! Bukankah kita sebagai manusia juga berhak atau malah berkewajiban menjaga bumi kita ini? Jangan sampai pemanasan global dan krisis energy seperti beberapa dekade lalu terjadi lagi atau bahkan semakin parah! Kalau bumi ini hancur, kita mau tinggal dimana? Oksigen saja semakin menipis.”. kata Aradea sedikit kesal dengan tingkah para pelaut yang terkesan meremehkan dia. “aku sependapat dengan mu mungkin, namun perjalanan ke Nepal saja butuh waktu berhari hari melalui laut dan harus berjalan beberapa hari sampai ke perbatasan Nepal dan berjalan satu hari dari perbatasan untuk ke pintu gerbang markas Second United. Kamu yakin sanggup?.” Golem memberi pengertian. “belum lagi beberapa hewan laut terkena mutasi genetik dan berubah menjadi monster laut. Sebesar kapal, bahkan lebih! Dan payahnya samudra Hindia lah yang paling banyak di huni makhluk itu.” Sambung seseorang pelaut lain. “ya benar, aku pernah bertarung dengan cumi cumi raksasa atau legenda mengatakan namanya kraken. Kapal utama hancur berantakan, untung saja masih ada beberapa sekoci kecil dan aku bersama kru bisa selamat.” Tambah Golem. “namun, pagi ini aku akan berangkat ke India, selatan Nepal karena ada barang yang harus aku angkut. Jika niatmu memang bulat, aku akan mengantarkanmu sampai India. Tapi, ada bayarannya. Kamu harus jadi kru kapal dan ikut mengurus kapal! Sementara anak gadis itu akan aku tempatkan di dapur bersama koki. Bagaimana?.”. “ kagumi, kamu bagaimana? Aku akan tetap berangkat.” Tanya Aradea kepada Kagumi. “aku juga, aku masih penasaran dengan asal usul ku, ras ku.” Jawab Kagumi. “asal usul? Kamu dari suku bangsa jepang kan? Mereka koki yang handal, beberapa dari koki ku adalah orang bangsa jepang. Sangat sulit menemui mereka karena mereka lebih memilih tinggal di desa terpencil di setiap pulau, sepertinya aku tidak salah akan menempatkanku di Dapur Kapal.” Tiba tiba Golem menjawab. Langsung saja Kagumi bertanya, “benarkah itu? Anda tidak berbohongkan?.” Terlihat pancaran matanya dia sangat berharap. “tentu saja, jika kalian akan ikut denganku, bersiaplah 1 jam lagi kita berangkat. Aku akan menyelesaikan makan ku dulu, dan kalian yang dari tadi mentap anak ini! Apa kalian ingin kehangatan makanan itu hilang percuma? Cepat kembali makan!.” Ujar Golem kepada Kagumi dan semua orang yang ada di warung itu. Suasana pecah menjadi tawa disana sini. Semua pengunjung tertawa, “hahah dasar Golem, dia selalu memikirkan makan saja! Ahaha.” Jawab salah seorang pelaut. Terlihat Aradea tersenyum, “baiklah aku akan ikut anda pak Golem!.” Jawab Aradea tersenyum namun, kemudian terdengar suara perut yang lapar. Kruuk kruuk, sontak saja tawa para pelaut itu semakin kencang mendengar suara perut Aradea . “ahahaha anak muda, silahkan kamu makan dulu sana. Kagumi antar dia ke ruang barat.” Kata pak Barito. Aradea terlihat malu mengakuinya..... (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar