…….…….“Mungkin aku akan ikut denganmu Ar, siapa tau aku
menemukan keluargaku atau seseorang yang satu suku bangsa denganku. Suku bangsa
Jepang, bagaimana prof? apakah aku diperbolehkan ikut Aradea?.” Tanya Kagumi,
terlihat pancaran wajahnya penuh harap. Mungkin ini kesempatan bagi Kagumi
untuk mengetahui bagaimana suku bangsa jepang saat ini. Apakah mereka musnah
atau mereka masih tetap ada. “tentu saja boleh, jika kalian memang berniat
berangkat untuk menemui second united
, maka aku sarankan kalian berangkat malam atau dini hari saja, makhluk aneh itu tidak bisa melihat dalam gelap dan takut akan cahaya lampu LED. Oh iya, ada baiknya juga kalian menemui orang ini saat akan menyebrang Laut Eurasia selatan, dia selalu ada di warung makan milik Pak tua Barito. Kagumi, kamu tau kan tempatnya dimana?.”. Professor Mayer memperbolehkan Kagumi, serta memberikan sebuah foto. Foto seorang pelaut yang sangat gagah dengan tampang sangar, dapat dilihat dia dari suku bangsa Nordik. “namanya Golem, atau biasa dipanggil Gol.” Lanjut professor Mayer. “baiklah prof, mala mini kami akan berangkat ke pelabuhan. Tapi apakah warung pak Barito tidak hancur? Bukankah disana juga tanah yang rata walaupun dekat dengan laut?.”. Tanya Kagumi. Professor Mayer pun menjawab, “tentu tidak, dia punya bunker di bawah tanah, di dalam warungnya ada jalan rahasia. Dan kami semua tau itu karena dia telah mengantisipasi saat terjadi tsunami atau banjir rob agar warungnya tetap bisa buka dan menyediakan makanan bagi para pelaut. Pak Barito itu sangat cerdik, dulu kami satu sekolah dan dia selalu berpikir visioner.”.
, maka aku sarankan kalian berangkat malam atau dini hari saja, makhluk aneh itu tidak bisa melihat dalam gelap dan takut akan cahaya lampu LED. Oh iya, ada baiknya juga kalian menemui orang ini saat akan menyebrang Laut Eurasia selatan, dia selalu ada di warung makan milik Pak tua Barito. Kagumi, kamu tau kan tempatnya dimana?.”. Professor Mayer memperbolehkan Kagumi, serta memberikan sebuah foto. Foto seorang pelaut yang sangat gagah dengan tampang sangar, dapat dilihat dia dari suku bangsa Nordik. “namanya Golem, atau biasa dipanggil Gol.” Lanjut professor Mayer. “baiklah prof, mala mini kami akan berangkat ke pelabuhan. Tapi apakah warung pak Barito tidak hancur? Bukankah disana juga tanah yang rata walaupun dekat dengan laut?.”. Tanya Kagumi. Professor Mayer pun menjawab, “tentu tidak, dia punya bunker di bawah tanah, di dalam warungnya ada jalan rahasia. Dan kami semua tau itu karena dia telah mengantisipasi saat terjadi tsunami atau banjir rob agar warungnya tetap bisa buka dan menyediakan makanan bagi para pelaut. Pak Barito itu sangat cerdik, dulu kami satu sekolah dan dia selalu berpikir visioner.”.
Tanpa terasa sore semakin beranjak digantikan kegelapan,
lampu LED mulai di nyalakan di setiap rumah yang tersisa itu pun hanya hitungan
jari, lampu LED digunakan karena lebih hemat dan ramah lingkungan. Kegelapan
semakin kelam di sana. “sepertinya sekarang saatnya berangkat Kagumi, kamu
sudah siap?” Tanya Aradea. “yap, aku sudah menyiapkan bekal, LED light, dan
segala yang kita butuhkan selama perjalanan. Aku masih belum bisa membayangkan
bagaimana di Nepal. Orang orang berkisah tentang Nepal dan pegunungan Himalaya
jaman dulu yang diselimuti salju, namun aku pun belum pernah tau salju itu
seperti apa. Namun beberapa peneliti mengemukakan bahwa salju berwarna putih
dan terasa dingin.”. jawab Kagumi, dia memiliki pengetahuan lebih daripada
Aradea. Sementara Aradea mendengar kata salju pun baru pertama kali ini.
kemudian Aradea berkata "sepertinya akan menarik bila kita bisa melihat
apa yang kamu bilang salju itu di Nepal.". "sayangnya saat ini salju
akan menjadi sulit ditemukan, karena perubahan iklim ekstrem selama 50 tahun
terakhir ini salju tidak turun." kata kagumi. Tiba tiba professor Mayer
berkata "baiklah, apa semua sudah siap? aku peringatkan kalian berhati
hati, lautan menuju Nepal sangat luas dan berbahaya.". “baiklah prof”
Aradea dan Kagumi serentak menjawab.
Saat mulai keluar dari rumah Prof. Mayer, angin terasa
dingin menusuk tulang. Malam di Bumi memang seperti tak berpenghuni, karena 50
tahun terakhir iklim di bumi berubah menjadi iklim gurun dimana siang hari
terasa terik dan malam hari terasa sangat dingin. Mereka berdua menyusuri jalan
setapak yang menuruni bukit Monster. Dengan berbekal lampu LED portable untuk
menerangi jalanan yang mereka lewati, mereka mulai sampai di kaki bukit. Mereka
terus berjalan hingga terdengar suara ombak dari kejauhan. “sepertinya kita
sudah dekat dari pelabuhan.” Kata Kagumi sambil menghela nafas. Dari kejauhan
mulai terlihat sebuah bangunan terbuat dari kayu, tanpa ada jendela, hanya ada
1 pintu dan berbentuk setengah lingkaran. Mirip rumah tahan gempa yaitu rumah
adat di daerah selatan pulau jawa. “nah itu warung pak Barito, beliau benar
benar hebat dan visioner. Ingat kata professor Mayer saat dia bilang makhluk
asing itu tidak akan mendarat di tempat yang tidak rata? Seperti bukit rumah
professor. Selain itu rumah tahan gempa karena di dekat pelabuhan seperti ini
akan sering terjadi gempa. Hebatnya pak Barito!”, kata Kagumi bersemangat,
Aradea terlihat kagum dengan desain warung yang minimalis dari luar. Setiba di
depan warung, mereka langsung membuka pintu dan masuk. Karena ini warung, atau
biasa di sebut kedai di luar pulau. Semua orang yang ada di dalam warung itu
tertuju kepada mereka sesaat setelah kedua anak itu masuk, mereka terlihat
ramah walaupun tampang mereka terlihat sangar, maklumlah mereka pelaut. “oh kau
Kagumi, ada apa malam malam seperti ini? Bukankah sekarang saatnya untuk
istirahat?.”. seorang pria bertubuh gempal dengan kepala botak dan tidak terlalu
tinggi ini menyapa kagumi dengan ramah. “tidak pak, bukankah anda sudah lihat
apa yang terjadi di luar sana dari siang sampai sore ini?.”. Kagumi menjawab
dengan nada bingung, dan Pria itu menjawab, “tenru saja! Kami menikmati
pertunjukan alien itu, aku sudah menerima kabar ini dari Mayer jauh hari
hahahaha. Jadi apa keperluan kalian kesini? Dan siapa namamu hey ?.”. Aradea
sontak kaget “siapa? Aku? Aku Aradea, anak petani di desa sana.”. “hmmm, anak
petani ya? Siapa nama ayahmu? Kamu mirip dengan Jono teman lamaku.” Jawab pria
itu. Kemudian Aradea berkata, “ya benar, ayahku bernama Jono dan anda siapa?,
saat ini Ayahku sedang di culik alien itu. Makanya aku kesini berniat untuk
mencari orang ini.” Aradea menunjukan foto yang diberikan oleh Prof. Mayer. “ah
Golem, Gol! Sini kau, oh iya aku pemilik warung ini. Aku Pak Barito “ setelah
menerima foto itu dan ternyata pria ini adalah pak Barito. Setelah dipanggil
ternyata pelaut yang bernama Golem ini
berbadan tinggi besar, benar benar seperti yang diceritakan orang orang tentang
bangsa nordik yang mempunyai badan besar dan perkasa.
“ada apa tok? Kamu mengganggu makan ku saja!.” Pria itu
berkata. “sepertinya anak asuh Mayer dan temannya ini butuh pertolonganmu!”
kata pak Barito. “ada urusan apa he anak kecil?.”. Tanya Golem dengan nada
sedikit membentak. Tanpa basa basi Aradea menjawab, “kami ingin ke Nepal. Apa
kalian tidak melihat di luar sana alien alien mulai menyerang?. Aku ingin
bergabung dengan Second United.”. Sontak semua pengunjung warung Pak Barito
menatap ke arah Aradea, mereka semua kemudian tertawa. “hahaha anak kecil
sepertimu tau apa tentang Second United? Pelatihan mereka tidak hanya keras,
kadang kadang mereka dianggap terlalu sadis terhadap para trainer -sebutan
untuk orang yang baru ikut latihan-.” berkata salah seorang pelaut di sana.
“benar kata dia, Second United terlalu keras untuk kalian. Apalagi kamu Kagumi,
seorang gadis sepertimu tidak akan kuat. Beberapa dari kami pernah mengikuti
latiannya demi bergabung dengan mereka. Namun, kami gagal dalam beberapa
latihan dan memilih untuk menjadi pelaut.”. Suasana yang tadinya penuh tawa
kini menjadi serius, semua pengunjung warung yang notabenya adalah pelaut
menatap Aradea. Seorang anak petani yang bersikeras ingin bergabung dengan
Second United.
“aku tidak peduli, aku ingin mengusir makhluk aneh itu dari
planet kita! Planet ini sudah semakin menunjukan ketidak seimbangannya dan
sekarang malah muncul makhluk asing yang ingin menjajah planet kita! Bukankah
kita sebagai manusia juga berhak atau malah berkewajiban menjaga bumi kita ini?
Jangan sampai pemanasan global dan krisis energy seperti beberapa dekade lalu
terjadi lagi atau bahkan semakin parah! Kalau bumi ini hancur, kita mau tinggal
dimana? Oksigen saja semakin menipis.”. kata Aradea sedikit kesal dengan
tingkah para pelaut yang terkesan meremehkan dia. “aku sependapat dengan mu
mungkin, namun perjalanan ke Nepal saja butuh waktu berhari hari melalui laut
dan harus berjalan beberapa hari sampai ke perbatasan Nepal dan berjalan satu hari
dari perbatasan untuk ke pintu gerbang markas Second United. Kamu yakin
sanggup?.” Golem memberi pengertian. “belum lagi beberapa hewan laut terkena
mutasi genetik dan berubah menjadi monster laut. Sebesar kapal, bahkan lebih!
Dan payahnya samudra Hindia lah yang paling banyak di huni makhluk itu.”
Sambung seseorang pelaut lain. “ya benar, aku pernah bertarung dengan cumi cumi
raksasa atau legenda mengatakan namanya kraken. Kapal utama hancur berantakan,
untung saja masih ada beberapa sekoci kecil dan aku bersama kru bisa selamat.”
Tambah Golem. “namun, pagi ini aku akan berangkat ke India, selatan Nepal
karena ada barang yang harus aku angkut. Jika niatmu memang bulat, aku akan
mengantarkanmu sampai India. Tapi, ada bayarannya. Kamu harus jadi kru kapal
dan ikut mengurus kapal! Sementara anak gadis itu akan aku tempatkan di dapur
bersama koki. Bagaimana?.”. “ kagumi, kamu bagaimana? Aku akan tetap
berangkat.” Tanya Aradea kepada Kagumi. “aku juga, aku masih penasaran dengan
asal usul ku, ras ku.” Jawab Kagumi. “asal usul? Kamu dari suku bangsa jepang
kan? Mereka koki yang handal, beberapa dari koki ku adalah orang bangsa jepang.
Sangat sulit menemui mereka karena mereka lebih memilih tinggal di desa
terpencil di setiap pulau, sepertinya aku tidak salah akan menempatkanku di
Dapur Kapal.” Tiba tiba Golem menjawab. Langsung saja Kagumi bertanya,
“benarkah itu? Anda tidak berbohongkan?.” Terlihat pancaran matanya dia sangat
berharap. “tentu saja, jika kalian akan ikut denganku, bersiaplah 1 jam lagi
kita berangkat. Aku akan menyelesaikan makan ku dulu, dan kalian yang dari tadi
mentap anak ini! Apa kalian ingin kehangatan makanan itu hilang percuma? Cepat
kembali makan!.” Ujar Golem kepada Kagumi dan semua orang yang ada di warung
itu. Suasana pecah menjadi tawa disana sini. Semua pengunjung tertawa, “hahah
dasar Golem, dia selalu memikirkan makan saja! Ahaha.” Jawab salah seorang
pelaut. Terlihat Aradea tersenyum, “baiklah aku akan ikut anda pak Golem!.”
Jawab Aradea tersenyum namun, kemudian terdengar suara perut yang lapar. Kruuk
kruuk, sontak saja tawa para pelaut itu semakin kencang mendengar suara perut
Aradea . “ahahaha anak muda, silahkan kamu makan dulu sana. Kagumi antar dia ke
ruang barat.” Kata pak Barito. Aradea terlihat malu mengakuinya..... (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar