Di Tahun 2100, daratan di bumi menyusut 75% akibat pemanasan
global. Yang tersisa hanya lautan, gurun, dan beberapa hektar hutan, sisanya
adalah perkotaan industry dan pertanian. Boleh dibilang daratan terbesar adalah
Eurasia, konon katanya daratan ini dulunya beberapa kumpulan Negara yang di
sebut Timur Tengah, Asia Tengah dan Eropa. Kehidupan manusia saat ini mulai
kembali normal setelah krisis energy akibat beberapa bencana sebelum tahun 2070an.
Peninggian air laut, serta penipisan ozon jadi masalah juga di jaman ini.
Industri kembali seperti semula, malah lebih canggih karena penggunaan bahan
yang ramah lingkungan serta penggunaan alat yang hemat energy sangat
diutamakan. Jaman ini tidak ada lagi yang namanya Negara, yang ada hanya BUMI.
Sore itu terlihat anak remaja 17 tahun sedang duduk santai
di halaman rumahnya, melihat kearah langit yang abu abu karena tak bersih lagi.
Namanya Aradea. Dia hidup di kepulauan kecil di tenggara Eurasia. Konon
kepulauan ini dulunya adalah Negara kepulauan terbesar di Dunia bernama
Indonesia, dan sekarang yang tersisa hanya ada Borneo, Papua, Sumatra dan pulau
kecil bernama Jawa, kepulauan ini juga salah satu penghasil pangan bagi
penduduk bumi sekarang. Anak itu hidup di pulau Jawa, pulau terkecil dari
kepulauan tersebut, dan dia lah keturunan suku asli jawa terakhir di
lingkungannya.
Saat Aradea sedang bersantai, tiba – tiba terdengan bunyi
dentuman keras dari arah Lapangan, disusul dengan asap membumbung tinggi tegak
lurus berwarna hitam. Dia tidak pernah panik, perlahan dia beranjak kemudian
berlari menuju sumber suara tersebut, dia ingat bahwa orang tuanya bekerja di
ladang dekat lapangan. Tiba tiba beberapa benda muncul dari langit, terlihat
seperti meteor namun sepertinya memiliki sudut yang rapi dan bentuk yang
spesifik seragam. Semua benda itu kemudian jatuh dengan kecepatan tinggi,
membuat suara dentuman bertubi tubi kerasnya, merusak segala yang ia lewati.
Dia ingat bahwa dia pernah menonton film yang menceritakan saat manusia melawan
raksasa dan manusia manusia itu menggunakan asap untuk menunjukan arah dan
kemunculan raksasa dan mungkin asap ini juga untuk menunjukan kordinat dimana
benda benda aneh ini dapat mendarat. Namun ini bukan film, benda ini benda aneh
dengan bentuk yang benar benar rapi. Seperti pesawat alien pikirnya. Setelah
sampai di lapangan dengan penuh tanda Tanya dan penuh khayalan aneh, dia
melihat orang tuanya sedang berusaha melarikan diri. Ternyata ketika benda yang
datang dari langit itu jatuh menyentuh tanah, dia langsung menancap dan tiba
tiba keluar tentakel seperti dr.
Octavius di film Spiderman , film legendaris bertahun tahun yang lalu, bila
digambarkan wujudnya hampir seperti berlian yang terbuat dari batu dengan
tentakel robot aneh. Sontak saja orang orang yang bekerja di ladang dekat
lapangan berlari tak tentu arah. Termasuk orang tua Aradea yang bersusah payah
menyelamatkan diri. Melihat orang tuanya, Aradea langsung berlari dan berusaha
menyalamatkan orang tuanya. Namun terlambat, kedua orang tuanya berhasil ditangkap
tentakel dari benda asing yang jatuh dari langit itu. Orang tua Aradea tidak
bisa terselamatkan, di bawa masuk ke dalam benda aneh itu. Aradea menangis,
“persetan dengan anak laki laki yang tak boleh menangis, orang tuaku di ambil
paksa di depan mataku, entah dimakan atau hanya di culik! Bangsat kalian benda
aneh luar angkasa!” teriak Aradea sambil terisak isak, menahan amarah dan tentu
saja kesedihan yang mendalam, dia terduduk di atas tanah menyaksikan semua
kejadian warga yang di ambil oleh makhluk aneh itu.
Tiba tiba seorang perempuan
sebaya menghampirinya dari belakang, mengajaknya bangkit dan melarikan diri,
“disini tidak aman, ayo ikut aku!.”. Aradea mengangguk dan ikut saja. “kita mau
kemana?.”, Sambil berlari Aradea bertanya ke anak perempuan itu. “pokoknya ikut
aja, kita ke tempat professor Mayer.”, Kata perempuan itu. “oh baiklah, ngomong
ngomong namamu siapa? Dan siapa professor mayer?”, tanya Aradea. Perempuan ini
manis, dengan rambut panjang se dada dan muka yang sangat imut, namun fisiknya
terlihat kokoh dan kuat. “aku Kagumi, namamu siapa? Sudah jangan bawel nanti
juga tau.”, kata perempuan itu. “aku Aradea, ngomong ngomong, bukankah ini
bukit monster ya?” jawab Aradea dengan sedikit menurunkan kecepatan larinya
menuju atas bukit, daerah dimana orang orang enggan datang karena termakan
mitos soal monster. “yap. Di puncak bukit ini professor Mayer tinggal.” Kata
Kagumi singkat dan malah meningkatkan kecepatan larinya. “sebenarnya siapa
professor Mayer yang kamu maksud dan apa kamu tidak takut dengan mitos bukit
ini”, tanya Aradea. “ahahaha, kamu terlalu naif ar, bukit ini tak ada monster apapun, ayolah
cepat! Sebelum makhluk aneh itu menemukan bukit ini!.”. Kagumi terus berlari
dan tanpa terasa sebuah rumah mulai terlihat. Langsung saja mereka menambah
kecepatan berlari mereka menuju rumah model jaman dulu, mungkin rumah model
tahun 2010.
Tok..tok..tok! “prof, prof! professor? Aku Kagumi, mereka
ternyata benar benar datang!”. Tiba tiba raut wajah Kagumi terlihat cemas.
“sebenarnya siapa professor mayer, dan apa yang kamu maksud mereka itu adalah
makhluk aneh yang datang dari luar angkasa itu?”, Tanya Aradea. “professor
Mayer yang tau soal ini semua, dia peneliti benda ruang angkasa. Dan, dia
memang sudah memprediksi mereka akan datang hari ini!”, jawab kagumi. Tiba tiba
pintu terbuka, di balik pintu itu terlihat orang yang sudah cukup tua, mungkin
60 tahunan, “oh kagumi, silahkan masuk. Dan kamu, siapa?”, Profesor Mayer
terlihat ramah menyambut mereka berdua. “mereka datang prof, seperti dugaan
mu!”, tiba tiba Kagumi panik. “yah seperti yang aku prediksi, oh ya kamu anak
laki laki, namamu siapa?” kata Profesor Mayer. “ aku Aradea, anak petani di
bawah bukit dan orang tua ku berhasil ditangkap mereka.”, Jawab Aradea. “yah
aku professor Mayer, aku peneliti antariksa. Beberapa waktu lalu aku sedang
meneliti badai matahari, kemudian tidak senganja menangkap sinyal komunikasi
dari planet Merkurius. Sepertinya beberapa tahun terakhir Merkurius sudah
ditinggali makhluk asing.”, Tiba tiba professor terlihat serius. “sepertinya
aktivitas matahari mulai tidak stabil, terlihat dari badai matahari yang mulai
meningkat frekuensinya dan ini mengusik makhluk asing yang tinggal di planet
merkurius itu. Dalam 30 tahun terakhir mereka berhasil membangun peradaban yang
lebih maju dari Bumi. Aku dapat data ini dari kebocoran sinyal yang mereka
kirim ke bintang Alpha – Centauri dimana ternyata leluhur mereka tinggal di
sebuah planer yang mengorbit bintang itu. 30 tahun mengamati mereka bukan hal
yang sulit karena aku seorang pengamat antariksa.”. Terang professor Mayer.
Sementara suara dentuman semakin terdengar bertambah banyak. Namun, anehnya di
bukit ini sama sekali tidak di hantam oleh makhluk aneh itu. “ wujud mereka
sebenarnya seperti kera namun berjalan tegak, mirip homo Erectus. Dan kendaraan
mereka itulah yang berbentuk seperti berlian namun mempunyai tentakel, aku
hanya tau informasi sejauh itu. Tapi, ada sebuah organisasi yang aku bertahu
soal ini lebih awal. Mereka menamankan diri mereka Second United, tempat
persembunyian mereka di bawah pegunungan Himalaya. Pintu masuk persembunyian
mereka ada di beberapa bagian Eurasia, Nepal yang terdekat.Oh ya pesawat
makhluk itu hanya akan mendarat di tempat yang datar, karena mereka tidak akan
suka planet yang akan mereka jajah rusak sebelum di eksploitasi.”. professor
Mayer menjelaskan. “pantas saja bukit ini tidak di darati, kira kira sudah
sejauh mana mereka menyerang bumi kita ini prof?”, Tanya Aradea. “entahlah,
yang pasti akibat badai matahari besar kemarin, Merkurius terkena radiasi
gelombang Frekuensi tinggi dan sepertinya peradaban yang di bangun makhluk itu
rusak akibat radiasi itu. Jadi mereka melarikan diri ke bumi.”.
“Jadi kemana tujuan kalian setelah mengetahui beberapa fakta
soal makhluk asing itu? Second United pun mulai bergerak sepertinya.” Kata
Professor Mayer. Aradea menjawab dengan keyakinan penuh, “mungkin aku akan
bergabung dengan second united, bagaimana denganmu Kagumi? Oh ya, keluargamu
dimana?”. Raut wajah Kagumi terlihat bersedih, “sejak kecil aku dirawat
professor Mayer disini, aku ridak tahu siapa keluargaku.” Jawab Kagumi. Aradea
terlihat kecewa menanyakan hal itu, “lalu dari mana kamu sebelum kita bertemu
di dekat lapangan?”. Kagumi tersenyum, “aku sedang jalan jalan, bosan juga kan
kalau setiap hari dirumah, dan ternyata mereka datang tak terduga. Saat aku
mencoba lari, aku melihatmu dan tanpa berpikir panjang aku menghampirimu dan
mengajakmu kesini.”…….(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar