Minggu, 30 Maret 2014

Badai Matahari - Intro ( 1 )


Di Tahun 2100, daratan di bumi menyusut 75% akibat pemanasan global. Yang tersisa hanya lautan, gurun, dan beberapa hektar hutan, sisanya adalah perkotaan industry dan pertanian. Boleh dibilang daratan terbesar adalah Eurasia, konon katanya daratan ini dulunya beberapa kumpulan Negara yang di sebut Timur Tengah, Asia Tengah dan Eropa. Kehidupan manusia saat ini mulai kembali normal setelah krisis energy akibat beberapa bencana sebelum tahun 2070an. Peninggian air laut, serta penipisan ozon jadi masalah juga di jaman ini. Industri kembali seperti semula, malah lebih canggih karena penggunaan bahan yang ramah lingkungan serta penggunaan alat yang hemat energy sangat diutamakan. Jaman ini tidak ada lagi yang namanya Negara, yang ada hanya BUMI.


Sore itu terlihat anak remaja 17 tahun sedang duduk santai di halaman rumahnya, melihat kearah langit yang abu abu karena tak bersih lagi. Namanya Aradea. Dia hidup di kepulauan kecil di tenggara Eurasia. Konon kepulauan ini dulunya adalah Negara kepulauan terbesar di Dunia bernama Indonesia, dan sekarang yang tersisa hanya ada Borneo, Papua, Sumatra dan pulau kecil bernama Jawa, kepulauan ini juga salah satu penghasil pangan bagi penduduk bumi sekarang. Anak itu hidup di pulau Jawa, pulau terkecil dari kepulauan tersebut, dan dia lah keturunan suku asli jawa terakhir di lingkungannya.

Saat Aradea sedang bersantai, tiba – tiba terdengan bunyi dentuman keras dari arah Lapangan, disusul dengan asap membumbung tinggi tegak lurus berwarna hitam. Dia tidak pernah panik, perlahan dia beranjak kemudian berlari menuju sumber suara tersebut, dia ingat bahwa orang tuanya bekerja di ladang dekat lapangan. Tiba tiba beberapa benda muncul dari langit, terlihat seperti meteor namun sepertinya memiliki sudut yang rapi dan bentuk yang spesifik seragam. Semua benda itu kemudian jatuh dengan kecepatan tinggi, membuat suara dentuman bertubi tubi kerasnya, merusak segala yang ia lewati. Dia ingat bahwa dia pernah menonton film yang menceritakan saat manusia melawan raksasa dan manusia manusia itu menggunakan asap untuk menunjukan arah dan kemunculan raksasa dan mungkin asap ini juga untuk menunjukan kordinat dimana benda benda aneh ini dapat mendarat. Namun ini bukan film, benda ini benda aneh dengan bentuk yang benar benar rapi. Seperti pesawat alien pikirnya. Setelah sampai di lapangan dengan penuh tanda Tanya dan penuh khayalan aneh, dia melihat orang tuanya sedang berusaha melarikan diri. Ternyata ketika benda yang datang dari langit itu jatuh menyentuh tanah, dia langsung menancap dan tiba tiba keluar tentakel seperti  dr. Octavius di film Spiderman , film legendaris bertahun tahun yang lalu, bila digambarkan wujudnya hampir seperti berlian yang terbuat dari batu dengan tentakel robot aneh. Sontak saja orang orang yang bekerja di ladang dekat lapangan berlari tak tentu arah. Termasuk orang tua Aradea yang bersusah payah menyelamatkan diri. Melihat orang tuanya, Aradea langsung berlari dan berusaha menyalamatkan orang tuanya. Namun terlambat, kedua orang tuanya berhasil ditangkap tentakel dari benda asing yang jatuh dari langit itu. Orang tua Aradea tidak bisa terselamatkan, di bawa masuk ke dalam benda aneh itu. Aradea menangis, “persetan dengan anak laki laki yang tak boleh menangis, orang tuaku di ambil paksa di depan mataku, entah dimakan atau hanya di culik! Bangsat kalian benda aneh luar angkasa!” teriak Aradea sambil terisak isak, menahan amarah dan tentu saja kesedihan yang mendalam, dia terduduk di atas tanah menyaksikan semua kejadian warga yang di ambil oleh makhluk aneh itu.

 Tiba tiba seorang perempuan sebaya menghampirinya dari belakang, mengajaknya bangkit dan melarikan diri, “disini tidak aman, ayo ikut aku!.”. Aradea mengangguk dan ikut saja. “kita mau kemana?.”, Sambil berlari Aradea bertanya ke anak perempuan itu. “pokoknya ikut aja, kita ke tempat professor Mayer.”, Kata perempuan itu. “oh baiklah, ngomong ngomong namamu siapa? Dan siapa professor mayer?”, tanya Aradea. Perempuan ini manis, dengan rambut panjang se dada dan muka yang sangat imut, namun fisiknya terlihat kokoh dan kuat. “aku Kagumi, namamu siapa? Sudah jangan bawel nanti juga tau.”, kata perempuan itu. “aku Aradea, ngomong ngomong, bukankah ini bukit monster ya?” jawab Aradea dengan sedikit menurunkan kecepatan larinya menuju atas bukit, daerah dimana orang orang enggan datang karena termakan mitos soal monster. “yap. Di puncak bukit ini professor Mayer tinggal.” Kata Kagumi singkat dan malah meningkatkan kecepatan larinya. “sebenarnya siapa professor Mayer yang kamu maksud dan apa kamu tidak takut dengan mitos bukit ini”, tanya Aradea. “ahahaha, kamu terlalu naif ar, bukit ini tak ada monster apapun, ayolah cepat! Sebelum makhluk aneh itu menemukan bukit ini!.”. Kagumi terus berlari dan tanpa terasa sebuah rumah mulai terlihat. Langsung saja mereka menambah kecepatan berlari mereka menuju rumah model jaman dulu, mungkin rumah model tahun 2010.

Tok..tok..tok! “prof, prof! professor? Aku Kagumi, mereka ternyata benar benar datang!”. Tiba tiba raut wajah Kagumi terlihat cemas. “sebenarnya siapa professor mayer, dan apa yang kamu maksud mereka itu adalah makhluk aneh yang datang dari luar angkasa itu?”, Tanya Aradea. “professor Mayer yang tau soal ini semua, dia peneliti benda ruang angkasa. Dan, dia memang sudah memprediksi mereka akan datang hari ini!”, jawab kagumi. Tiba tiba pintu terbuka, di balik pintu itu terlihat orang yang sudah cukup tua, mungkin 60 tahunan, “oh kagumi, silahkan masuk. Dan kamu, siapa?”, Profesor Mayer terlihat ramah menyambut mereka berdua. “mereka datang prof, seperti dugaan mu!”, tiba tiba Kagumi panik. “yah seperti yang aku prediksi, oh ya kamu anak laki laki, namamu siapa?” kata Profesor Mayer. “ aku Aradea, anak petani di bawah bukit dan orang tua ku berhasil ditangkap mereka.”, Jawab Aradea. “yah aku professor Mayer, aku peneliti antariksa. Beberapa waktu lalu aku sedang meneliti badai matahari, kemudian tidak senganja menangkap sinyal komunikasi dari planet Merkurius. Sepertinya beberapa tahun terakhir Merkurius sudah ditinggali makhluk asing.”, Tiba tiba professor terlihat serius. “sepertinya aktivitas matahari mulai tidak stabil, terlihat dari badai matahari yang mulai meningkat frekuensinya dan ini mengusik makhluk asing yang tinggal di planet merkurius itu. Dalam 30 tahun terakhir mereka berhasil membangun peradaban yang lebih maju dari Bumi. Aku dapat data ini dari kebocoran sinyal yang mereka kirim ke bintang Alpha – Centauri dimana ternyata leluhur mereka tinggal di sebuah planer yang mengorbit bintang itu. 30 tahun mengamati mereka bukan hal yang sulit karena aku seorang pengamat antariksa.”. Terang professor Mayer. 

Sementara suara dentuman semakin terdengar bertambah banyak. Namun, anehnya di bukit ini sama sekali tidak di hantam oleh makhluk aneh itu. “ wujud mereka sebenarnya seperti kera namun berjalan tegak, mirip homo Erectus. Dan kendaraan mereka itulah yang berbentuk seperti berlian namun mempunyai tentakel, aku hanya tau informasi sejauh itu. Tapi, ada sebuah organisasi yang aku bertahu soal ini lebih awal. Mereka menamankan diri mereka Second United, tempat persembunyian mereka di bawah pegunungan Himalaya. Pintu masuk persembunyian mereka ada di beberapa bagian Eurasia, Nepal yang terdekat.Oh ya pesawat makhluk itu hanya akan mendarat di tempat yang datar, karena mereka tidak akan suka planet yang akan mereka jajah rusak sebelum di eksploitasi.”. professor Mayer menjelaskan. “pantas saja bukit ini tidak di darati, kira kira sudah sejauh mana mereka menyerang bumi kita ini prof?”, Tanya Aradea. “entahlah, yang pasti akibat badai matahari besar kemarin, Merkurius terkena radiasi gelombang Frekuensi tinggi dan sepertinya peradaban yang di bangun makhluk itu rusak akibat radiasi itu. Jadi mereka melarikan diri ke bumi.”.


“Jadi kemana tujuan kalian setelah mengetahui beberapa fakta soal makhluk asing itu? Second United pun mulai bergerak sepertinya.” Kata Professor Mayer. Aradea menjawab dengan keyakinan penuh, “mungkin aku akan bergabung dengan second united, bagaimana denganmu Kagumi? Oh ya, keluargamu dimana?”. Raut wajah Kagumi terlihat bersedih, “sejak kecil aku dirawat professor Mayer disini, aku ridak tahu siapa keluargaku.” Jawab Kagumi. Aradea terlihat kecewa menanyakan hal itu, “lalu dari mana kamu sebelum kita bertemu di dekat lapangan?”. Kagumi tersenyum, “aku sedang jalan jalan, bosan juga kan kalau setiap hari dirumah, dan ternyata mereka datang tak terduga. Saat aku mencoba lari, aku melihatmu dan tanpa berpikir panjang aku menghampirimu dan mengajakmu kesini.”…….(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar